SOSIAL MEDIA
PENDAHULUAN
Jejaring sosial sekarang
sudah menjadi kebutuhan bagi setiap remaja ataupun orang dewasa.
Dikalangan remaja kini jejaringan sosial merupakan wadah dimana kita
bisa mendapatkan teman baik di dalam maupun luar negeri. Bukan teman
saja yang bisa kita cari tapi juga mempunyai manfaat bagi dunia
pendidikan atau bagi pelajar untuk mengetahui lebih dalam tentang
jejaringan sosial. Maka dari itu kita memilih tema tentang
jejaringan sosial untuk dikaji lebih lanjut sebagai informasi untuk
kalangan remaja yang sangat erat dengan tema.
I. Manfaat Jejaring Sosial Bagi
Pendidikan
Jejaring sosial sekarang
sudah menjadi kebutuhan bagi setiap remaja ataupun orang dewasa.
Seperti yang kita ketahui jejaring sosial adalah tempat dimana kita
mendapatkan teman baik di dalam maupun luar negeri. Jejaring sosial
yang kita ketahui seperti Facebook,Twitter,Friendster,dll,mempunyai
manfaat bagi dunia pendidikan atau bagi pelajar itu sendiri. Berikut
adalah manfaat jejaring sosial untuk pendidikan :
1. Kemampuan Beradaptasi
Dengan jejaring sosial siswa
akan mampu belajar cara mengembangkan kemampuan teknis dan sosial
yang dibutuhkan mereka dalam menghadapi era digital sekarang ini.
Mereka akan menemukan cara beradaptasi dan bersosialisasi dengan
sahabatnya di jejaring sosial, serta kemampuan memanajemen pertemanan
mereka. Hal ini merupakan materi yang sulit untuk ditemukan dalam
pelajaran di kelas, karena pada situs jejaring sosial mereka akan di
hadapkan dengan teman-teman baru yang baru saja mereka kenal,
sehingga mereka akan mencari dan belajar sendiri bagaimana cara
beradaptasi dengan teman-teman baru mereka, mencoba memahami apa yang
mereka bicarakan yang kemudian akan mengasah kemampuan mereka untuk
belajar bersosialiasi dengan ikut serta berperan dalam suatu diskusi
dijejaring sosial diantara teman-teman yang baru mereka kenal.
2. Perluasan Jaringan Pertemanan
Pada dasarnya ini merupakan tujuan
dibuatnya jejaring sosial yang memberikan kesempatan kepada siapa
saja untuk memperluas jaringan pertemanannya dengan siapapun dan dari
negara manapun, walaupun mereka tidak pernah bertemu sebelumnya.
Dengan jejaring sosial para siswa bisa menambah jaringan
pertemanannya tanpa harus bertemu langsung sehingga mereka dengan
mudah menciptakan suatu komunitas yang bermanfaat bagi mereka, entah
itu dalam diskusi pelajaran maupun hal-hal lain yang bisa memberikan
kontribusi positif bagi mereka para siswa.
3. Termotivasi
Dengan terbentuknya komunitas
pertemanan yang luas, ini akan mampu memotivasi para siswa dalam
mengembangkan diri dari materi atau masukan teman-teman baru mereka
yang terhubung secara online. Mereka terbentuk secara alami untuk
saling berinteraksi satu sama lain sehingga besar kecilnya diskusi
yang mereka lakukan akan menambah wawasan para siswa sebagai hasil
umpan balik interaksi antar teman. Saling melemparkan materi satu
teman terhadap teman lainnya menimbulkan sekumpulan catatan kecil
yang bervariasi, inilah kekayaan materi yang hadir secara alami dari
hasil pertemanan di jejaring sosial.
Meningkatkan Kepedulian
Saling sapa didalam situs
jejaring sosial secara perlahan akan meningkatkan kualitas
persahabatan, perhatian dan empati sesama teman yang saling terhubung
secara online. Sapaan kepada teman lainnya membuat teman yang disapa
merasa diperhatikan, berbagi photo, berbagi video, berbagi cerita,
ini akan meningkatkan rasa kepedulian satu sama lain walaupun mereka
tidak pernah bertemu secara nyata. Bentuk-bentuk perhatian seperti
ini mampu mempererat tali persahabatan diantara teman dalam jejaring
sosial maka secara alami mereka akan menjaga kualitas pertemanan
mereka. Hal yang sederhana namun memberikan efek yang sangat baik
dalam membentuk suatu komunitas yang saling menjaga persahabatan
sesama teman.
Maka oleh karena itu para
orang tua,guru,atau siapa pun harus memberi bimbingan agar jejaring
sosial itu digunakan dengan baik dan dengan seharusnya,itu juga dapat
mencegah banyaknya penculikan melalui media jejaring sosial yang
sekarang sedang banyak terjadi. Marilah kita saling bahu membahu
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa kita.
II. JEJaring SoSIal
UNtuk PEMBelAJaRAN!!!””
Beberapa rumusan masalah:
Pertama, bagaimana memanfaatkan blog
dan jejaring sosial semacam facebook untuk kepentingan pembelajaran?
Kedua, bagaimana memotivasi siswa agar
mau memanfaatkan internet (termasuk jejaring sosial) sebagai sumber
pembelajaran?
Ketiga, bisakah facebook dan twitter
dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran serta apa perbedaan
keduanya?
Keempat, bagaimana mengatur waktu agar
seorang guru bisa eksis ngeblog dan berjejaring sosial tanpa harus
mengganggu aktivitas mengajar?
Kelima, seiring dengan bertambahnya
usia guru, masih perlukah guru belajar memanfaatkan piranti TIK
(Teknologi Informasi dan Komunikasi)?
Ya, ya, lima pertanyaan yang menarik
sekaligus menantang, apalagi ini pengalaman pertama saya berbicara
tentang blog dan jejaring sosial di depan ratusan pendidik. Berikut
garis besar pernyataan yang saya sampaikan dalam forum tersebut.
Pertama, seiring dengan dinamika
masyarakat global yang kian terbuka, akses terhadap informasi juga
makin cepat dan mudah. Para praktisi pendidikan yang notabene menjadi
agen pembelajaran juga mesti bersikap proaktif dan terlibat sebagai
“pemain” di dalamnya, tidak hanya sekadar jadi penonton. Dunia
virtual yang menyajikan informasi tanpa dibatasi dimensi ruang dan
waktu bisa dioptimalkan untuk peningkatan mutu pembelajaran.
Sumber-sumber dan bahan pembelajaran yang aktual dan menarik bisa
dengan mudah didapatkan melalui internet. Bahkan, guru juga bisa
memanfaatkan blog dan media sosial yang belakangan ini sedang
mengalami masa “euforia” di ranah virtual untuk kepentingan
pembelajaran. Berbagai kemudahan yang ditawarkan ruang maya bagi para
pengguna, baik dalam soal akses, manfaat, partisipasi, maupun
kontrol, blog, misalnya, bisa dioptimalkan sebagai “laboratorium
virtual” untuk kemajuan dunia pendidikan yang sangat besar
manfaatnya bagi peserta didik, guru yang bersangkutan, maupun sesama
rekan sejawat. Melalui blog, sesama guru, guru dan murid, guru dan
siapa pun yang memiliki kepedulian terhadap dunia pendidikan bisa
saling berinteraksi tanpa dibatasi sekat ruang dan waktu. Blog bisa
dioptimalkan untuk unjuk kinerja guru dalam menyajikan berbagai
persoalan dan pernak-pernik dunia pendidikan, sehingga mesin pencari
makin ramah terhadap masalah-masalah pendidikan yang hingga saat ini
masih menyisakan banyak problem dan tantangan.
Kedua, siswa pun bisa diajak ikut-serta
untuk memanfaatkannya. Tentu saja, dibutuhkan keteladanan dan
pendampingan sang guru. Bagaimana mungkin kita bisa memotivasi siswa
kalau sang guru tidak pernah bersentuhan dengan ruang maya? Jika
pendidik dan peserta didik sama-sama bisa hadir di ruang maya, mereka
bisa berinteraksi secara intens, sehingga berbagai masalah yang
terkait dengan pembelajaan bisa terjembatani. Siswa terpacu untuk
melakukan “browsing” materi pembelajaran untuk menumbuhkembangkan
potensi dirinya, sementara itu sang guru juga akan terpacu
“adrenalin”-nya untuk meng-upgrade diri dengan mengikuti berbagai
perkembangan informasi sesuai dengan bidang keilmuan yang
digelutinya.
Ketiga, jejaring sosial semacam
facebook atau twitter kini bagaikan “primadona”. Ratusan juta
orang telah memiliki akun ini. Dalam situasi demikian, mengapa tidak
dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran? Melalui facebook,
misalnya, seorang guru bisa membuat group tertutup untuk kelas-kelas
yang diajarnya. Pada wall group bisa di-update status yang berkaitan
dengan materi pembelajaran, seperti tugas-tugas, PR, pembahasan
materi, acara kelas, dan semacamnya. Siswa diberikan keleluasan untuk
memberikan repson dan jawaban tanpa meninggalkan nilai-nilai
kesantunan. Dari jejaring sosial semacam inilah anak-anak bisa terus
belajar secara “informal” tanpa harus dibatasi tembol ruang
kelas. Twitter, meski hanya dibatasi 140 karakter, tidak lantas
berarti guru dan murid tidak bisa nge-tweet secara smart dan cerdas.
Informasi-informasi penting yang berkaitan dengan pembelajaran bisa
di-share lewat Twitter sehingga memiliki jangkauan publikasi yang
jauh lebih luas. Baik Facebook maupun Twitter sama-sama merupakan
jejaring sosial yang bisa dimanfaatkan untuk menjalin interaksi,
berbagai informasi, dan bersilaturahmi dengan banyak orang, termasuk
dalam pembelajaran. Bedanya hanya batasan jumlah karakter ketika
ketika melakukan update status. Saya juga mengutipkan cara yang
cerdas dari seorang guru dalam ber-facebook ria ala Internet Sehat
berikut ini.
Do:
Pisahkan halaman (page) Facebook
pribadi dengan halaman yang dibuat sebagai seorang guru.
Jika seorang murid ingin berteman di
Facebook, tempatkan di halaman guru.
Postinglah foto-foto tentang
sekolah/pelajaran/perjalanan. Hal ini akan mengingatkan murid akan
hal-hal yang terkait dengan sekolah.
Buat group untuk kelas yang diajar.
Dengan group tersebut, doronglah murid-murid untuk bertanya mengenai
PR sekolah. Bantu mereka dengan mengadakan diskusi dan group wall.
Identitas dan rasa memiliki sangat penting dalam proses belajar.
Pastikan group yang dibuat dalam
keadaan tertutup, sehingga orang harus me-request dulu sebelum
bergabung di group tersebut. Dengan langkah ini, guru bisa memilih
dengan bijak siapa-siapa saja yang boleh bergabung.
Bergabunglah dengan group-group lain
yang terkait dengan sekolah. Hal ini bisa membuat guru mengetahui apa
yang diposting oleh para murid.
Postingan yang dibuat sebaiknya
bernilai positif.
Gunakan layanan status untuk
menginformasikan para murid tentang kebijakan di sekolah.
Bermain game-game sederhana bersama
para murid di Facebook bisa mempererat hubungan guru-murid.
Jika murid kita ada yang berulang
tahun, jangan segan-segan mengucapkannya di Facebook. Ini menunjukan
kepedulian kita.
Don’t:
Jangan ngobrol di FB chat untuk
menghindari tuduhan yang tidak mengenakkan. Selain itu, kita tidak
bisa menyimpan jejak chat yang kita lakukan.
Jangan meng-add murid-murid kita
terlebih dulu.
Jangan mengirimkan pesan (message) pada
mereka, kecuali untuk mengucapkan selamat ulang tahun. Pastikan
semuanya terbuka dan bisa dibaca siapa saja. Jika mereka mengirimi
pesan di message, balas saja di wall.
Jangan melihat foto-foto murid-murid
kita, kecuali profile picture. Jika kita melihat foto yang tidak
pantas dan melaporkannya, hal ini akan merusak hubungan guru dengan
murid. Facebook bukanlah tempat untuk memonitor, dekati murid secara
personal untuk memberitahukannya.
Jejaring sosial di sekolah bukan ajang
untuk kritik. Dengan kehadiran kita sebagai guru, usahakan untuk
merepresentasikan kepemimpinan dan moral.
Keempat, guru, menurut PP Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (pasal 28) merupakan
agen pembelajaran yang harus memiliki empat jenis kompetensi, yakni
kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial. Dengan
menguasai empat kompetensi seperti itu, guru diharapkan memiliki
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diwujudkan dalam bentuk
perangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam memangku
jabatan guru sebagai profesi. Blog dan jejaring sosial bisa
dimanfaatkan untuk mengoptimalkan kompetensi profesional guru. Jika
eksitensi blog guru terus hadir di ranah virtual, bukan mustahil
dunia pendidikan kita akan semakin kaya berkat sentuhan para guru
dalam menyajikan postingan-postingan terbaik. Dengan demikian, blog
guru bisa dijadikan sebagai portofolio rekam jejak guru dalam
memberikan pengabdian terbaik buat bangsa dan negara melalui jagat
virtual. Kemudahan-kemudahan yang ditawarkan oleh internet, yang bisa
diakses oleh siapa pun secara lintas-geografis, lintas-usia, dan
lintas-budaya, diakui atau tidak, telah membuat dunia pendidikan
makin dinamis dan progresif. Para pengunjung akan makin dimudahkan
dalam mencari rujukan yang terkait dengan masalah keilmuan,
pembelajaran, atau fenomena-fenomena pendidikan mutakhir yang lain.
Karena tugas utamanya adalah mendidik dan mengajar, tentu saja sang
guru harus pandai-pandai mengatur waktu, sehingga tugas utamanya
tidak terganggu aktivitas ngeblognya. 24 jam dalam sehari lebih dari
cukup bagi sang pendidik untuk melakukan aktivitas keseharian (online
dan offline), istirahat, atau mengurus keluarga.
Kelima, belajar, termasuk memanfaatkan
internet untuk kemajuan dunia pendidikan, tidak bergantung pada usia.
Sepanjang sang guru memiliki niat, gairah, dan semangat untuk
meningkatkan literasi TIK-nya, bukan halangan di usia berapa pun
untuk ber-internet ria. Atmosfer seperti ini yang perlu terus
ditumbuhkan sehingga sang pendidikan mampu mendesain pembelajaran
secara secara aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Mengakrabi piranti TIK juga sangat dipengaruhi oleh kebiasaan dan
budaya.
Pilihan sudah membentang di depan mata.
Mau menjadi “guru kurikulum” yang tugas dan rutinitas
kesehariannya dibatasi empat tembok ruang kelas atau menjadi “guru
inspiratif” yang mampu mengilhami peserta didik menjadi generasi
masa depan yang cerdas, baik secara intelektual, emosional, sosial,
maupun spiritual, dengan mendesain pembelajaran yang aktif, inovatif,
kreatif, efektif, dan menyenangkan dengan memanfaatkan teknologi
virtual? Nah, selamat bertemu lagi pada Seminar Guraru putaran
berikutnya! ***
III. Kelebiahan dan Tantangan
Ada banyak sosial media yang dapat
digunakan, seperti Facebook, Twitter, blog, plurk, linkedIn, youtube
dan lain-lain. Akan tetapi mengingat Indonesia adalah salah satu
negara pengguna twitter dan facebook terbesar di dunia, maka rasanya
tidak terlalu salah jika kita berpikir sosial media yang banyak
digunakan adalah facebook dan twitter, selain blog.
Berikut adalah beberapa contoh
bagaimana sekolah atau kelas dapat memanfaatkan sosial media:
1. Menyebarkan informasi yang berkaitan
dengan sekolah atau kelas melalui twitter atau facebook.
2. Guru-guru dapat membagikan
bahan-bahan pelajaran dan tugas-tugas melalui blog. Murid-murid juga
dapat menuliskan tugas-tugas mereka di blog.
3. Meningkatkan kebanggaan pada sekolah
atau kelas dengan membuat facebook page, sehingga dapat berbagi
berbagai hal seperti foto-foto kegiatan, informasi tentang sekolah
atau kelas, bahkan dapat juga menjual merchandise sekolah atau kelas
secara online.
4. Sekolah juga dapat memanfaatkan blog
maupun facebook untuk mempromosikan diri.
5. Sekolah dapat berhubungan dengan
orangtua siswa melalui sosial media, sehingga orangtua selalu
mendapatkan informasi terkini.
6. Alumni sekolah dapat selalu
terhubung dan kemudian berkembang, dan lain sebagainya.
Berikut adalah kelebihan dan tantangan
dalam penggunaan sosial media:
Kelebihan:
1. Penggunaan sosial media dapat
membentuk suatu komunitas yang aman, karena sangat dimungkinkan
adanya pengawasan guru-guru, dengan memonitor dan memoderatori isi
sosial media. Sehingga hal-hal yang berbahaya terkait dengan sosial
media dapat dihindari.
2. Siswa dapat memberikan kritik dan
komentar pada masing-masing tugas kelas atau sekolah. Kerja kelompok
dapat lebih mudah, dan mereka dapat bertanya pada guru serta memulai
diskusi, sehingga semangat bekerjasama dapat ditingkatkan.
3. Dapat digunakan sebagai sarana untuk
lebih memperkenalkan sekolah atau kelas pada murid dan calon murid.
Tantangan:
1. Akun sosial media milik sekolah atau
kelas, harus dikelola oleh seseorang yang mengerti sosial media, dan
sangat mengenal sekolah. Karena jika tidak, postingan di sosial media
tersebut akan terasa janggal.
2. Kurangnya engagement dengan
murid-murid dapat membuat mereka merasa tidak dipedulikan sekolah.
3. Tidak cukup hanya dengan menampilkan
profil di facebook, akan tetapi dibutuhkan up date dan interaksi
harian dengan murid. Dapat saja seorang murid akan menilai suatu
sekolah berdasarkan pengalaman dengan akun sosial media sekolah
tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar